Matematika/3A-09
Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan
kenyataan. Realisme terpusat pada pertanyaan tentang representasi, yaitu
tentang bagaimana dunia dikonstruksi dan disajikan secara sosial kepada dan
oleh diri kita. Inti realisme dapat dipahami sebagai kajian tentang budaya
sebagai praktik-praktik pemaknaan dari representasi. Hal ini berarti bahwa kita
harus mempelajari asal-usul tekstual dari makna. Hal ini juga menuntut kita
untuk meneliti cara-cara tentang bagaimana makna diproduksi dalam beragam
konteks.
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa
kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang
tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk
penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme. Dalam membangun
ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode induksi empiris.
Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa
pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan
pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Dalam konteks ini, ilmuwan dapat
saja menganalisa kategori fenomena-fenomena yang secara teoritis eksis walaupun
tidak dapat diobservasi secara langsung.
Tradisi realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat
abstrak dapat menjadi nyata (realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik
dan kesadaran manusia. Gagasan ini sejajar dengan filsafat modern dari
pendekatan pengetahuan versi Kantianism fenonomologi sampai pendekatan
struktural (Ibid, 2002). Mediasi bahasa dan kesadaran manusia yang bersifat
nyata inilah yang menjadi ide dasar ‘Emile Durkheim’ dalam pengembangan ilmu
pengetahuan sosial. Dalam area linguistik atau ilmu bahasa, de Saussure adalah
salah satu tokoh yang terpengaruh mengadopsi pendekatan empirisme Durkheim.
Bagi de Saussure, obyek penelitian bahasa yang diteliti diistilahkan sebagai
‘la langue’ yaitu simbol-simbol linguistic yang dapat diobservasi (Francis &
Dinnen, 1996).
Ide-ide kaum realis seperti ini sangatlah kontributif pada
abad 19 dalam menjembatani antara ilmu alam dan humaniora, terutama dalam
konteks perdebatan antara klaim-klaim kebenaran dan metodologi yang disebut
sebagai ‘methodenstreit’ (Calhoun, 2002). Kontribusi lain dari tradisi realisme
adalah sumbangannya terhadap filsafat kontemporer ilmu pengetahuan, terutama
melalui karya Roy Bashkar, dalam memberikan argument-argument terhadap status
ilmu pengetahuan spekulatif yang diklaim oleh tradisi empirisme.
Ada tiga ajaran
pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato
realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi benda konkret.
Pembagian dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak
pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh
pikiran dan justru sebaliknya memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan
tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai
oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat, teguh, jelas, dan
tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua,
pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak
tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan
dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat
pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang
ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah
sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato
berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan
idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi.
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia
memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori
bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis)
terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato
tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan,
sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan
sebelum jiwa-jiwa manusia.
Aliran filsafat
realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik
dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: (1)
Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik
(materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang
terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme); (2) Humanologi-realisme;
Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah
organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir; (3)
Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta; (4)
Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam
hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada
tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang
sama. Pembawaan dan
sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan
proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya,
di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang
paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus
beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada
pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah
bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik.
Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan
pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan
pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa
hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Menurut Power
(1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: (1)
Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial; (2) Kurikulum:
komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pengetahuan umum
dan pengetahuan praktis; (3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik
langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode
pontiditioning (Stimulus-Respon) adalah metode pokok yang digunakan; (4) Peran
peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik; (5) Peranan
pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan
dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang
memandang realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini
mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal
ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang
memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari
aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang
bersifat fisik semata. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu
subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya
realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Aliran realisme mempunyai berbagai macam bentuk yaitu
realisme rasional, realisme naturalis dan realisme kritis. Realisme rasional
juga masih terbagi dua yaitu realisme klasik dan realisme religius. Realisme
klasik pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut ini kita bahas
pendidikan menurut aliran realisme.
Berikut ini kita akan membahas konsep pendidikan
mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut masing-masing
bentuk aliran realisme.
a. Realisme Rasional
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia
sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau
kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas
alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai
tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik
pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, terdapat
aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai
mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang
mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan
ukuran moral yang absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk
seluruh umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak
datang dengan sendirinya.
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan
itu dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini
menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan
suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran
bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan
kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan
merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
b. Realisme
Natural
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan
observasi atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti
teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia. Pendidikan
berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam.
Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi
objeknya adalah kenyataan dalam alam.
c. Realisme
kritis.
Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya
harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus
diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut
Imanuel Kant , pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semiuanua dari
pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi
adalah buta.
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme
pendidikan menyetujui bahwa
1.
Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita
menjadi hebat
2. Tugas manusia di
dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum
3. Tujuan akhir
pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Sumber-sumber:
http://lindamubaraq.blogspot.com/2012/10/filsafat-ilmu-menurut-aliran-realisme_12.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar