Revisi Matematika/3A-09
Aliran
realisme muncul dalam khasanah kesusastraan Inggris pada periode abad ke 19.
Aliran ini semata-mata didasarkan pada pengamatan berdasarkan apa adanya atau
berdasarkan kenyataan yang ada. Pada kurun waktu 1830 sampai 1880 dapatlah
dikatakan sebagai Periode Realisme.
Aliran
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas.
Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri
dari dunia fisik dan dunia rohani. Ajaran realisme memperlihatkan bahwa
realisme adalah sesuatu yamg riil atau sesuatu yang benar yang merupakan
gambaran nyata di dunia realitas. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian
yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya
realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Realisme adalah aliran yang
menyatakan bahwa objek-objek pengetahuan yang diketahui adalah nyata dalam
dirinya sendiri. (Ihsan, Fuad, 2010:90).
Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan
kenyataan. Realisme terpusat pada pertanyaan tentang representasi, yaitu
tentang bagaimana dunia dikonstruksi dan disajikan secara sosial kepada dan
oleh diri kita. Inti realisme dapat dipahami sebagai kajian tentang budaya
sebagai praktik-praktik pemaknaan dari representasi.
Filsafat Pendidikan menurut Aliran Realisme:
- Realisme Rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Knelle.
- Realisme Klasik, berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan.
- Realisme religius, kenyataan itu dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan kebenaran itu.
- Realisme Kritis, Menurut Imanuel Kant, realisme kritis adalah pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.
- Adapula pandangan lain mengenai realisme yaitu Neo-realisme yang merupakan pandangan dari Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual.
Menurut Power
(1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1.Tujuan pendidikan
Realisme Pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan diri guna mencapai yang sesuatu yang abadi, dan juga
penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
Realisme klasik, tujuan pendidikan adalah agar anak
menjadi manusia bijaksana, yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
Realisme religius tujuan pendidikan adalah
mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata
penyesuaian terhadap fisik dan sosial saja, namun mempersiapkan individu untuk
dunia dan akhiat.
religious realist, tujuan utama pendidikan moral adalah untuk keselamatan
jiwa. Anak harus mampu belajar menjaga hati dalam dirinya dan menjauhi dosa.
Tuhan akan menawarkan keselmatan bagi makhluknya, dan makhluknya harus bisa
menentukan apakah akan menerima atau tidak tawaran tersebut. Hal ini akan
menyebabkan kebiasan dalam membuat keputusan yang benar.
2. Kurikulum
Kurikulum dikembangkan secara komprehensif
mencakup semua pengetahuan yang sains, sosial, maupun
muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata
pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada peserta didik (subject
centered).
3). Kedudukan
siswa
Dalam konteks realisme, peserta didik dituntut untuk
dapat menguasai pengetahuan yang handal dan terpercaya. Dibutuhkan kedisiplinan
sebagai metode mencapai esensi dalam belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan guna memperoleh hasil yang baik.
4). Peranan Guru
Guru dituntut untuk dapat menguasai pengetahuan, terampil
dalam teknik mengajar, dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik
menguasai bahan ajar yang sumbernya pengetahuan realistis.
5). Metode
Belajar tergantung dari pengalaman, baik langsung atau
tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
Pandangan Ontologi Pada Aliran Realisme
Bagi
para Realis, dunia sosial ada secara independen dari apresiasi manusi
terhadapnya. Individu dipandang sebagai seseorang yang dilahirkan dan hidup
dalam dunia sosial yang memiliki realitas sendiri. Ini bukanlah sesuatu yang
diciptakan oleh invidu di luar sana. Secara ontologis, hal itu ada sebelum keberadaan
dan kesadaran dari setiap manusia tunggal. Bagi realis, dunia sosial memiliki
eksistensi yang sama keras dan konkritnya seperti alam.
Pandangan Epistemologi Pada Aliran Realisme
Pengetahuan menurut para realis berawal dari objek-objek
fisik yang kemudian dipikirkan secara logis ataupun dimaknai secara etis.
Objek-objek fisik pengetahuan sendiri bersifat independen dari tindakan
mengetahui. Objek tidak akan mengalami perubahan apapun perbedaan pengetahuan
manusia tentangnya. Sehingga objek tidak akan pernah terpengaruh oleh
interpretasi yang dapat benar ataupun mengelabui. Meja kayu tetapakan berupa
kayu apapun konsepsi manusia tentangnya. Konsep atau pengetahuan yang dibangun
dan dibentuk oleh proses mental pada dasarnya hanyalah alat untuk mengetahui
objek,dan ia bukanlah representasi yang sesungguhnya dari objek itu sendiri.
Pandangan Aksiologi Pada Aliran Realisme
Menurut
realisme, sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan
hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya keadaan manusia tergantung
pada keturunan dan lingkungannya. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan
antara pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. George
Santayana memadukan pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan
menyatakan bahwa “nilai” itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal,
karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya
kualitas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri,
Jujun. S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Ihsan,
Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. .
Syadali, Ahmad dan Mudzaki., 2004. Filsafat Umum.
Bandung: Pustaka Setia..
Miskawi. 2012. Filsafat Realisme Dalam Pendidikakn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar