Kamis, 22 Januari 2015

Pengantar Pendidikan



BAB 1
PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang
Perjalanan  sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu negara-bangsa. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang s cerdas, dan berwawasan nluas serta kreaatif, ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kemajuan suatu Negara adalah ditentukan oleh kualitas pendidikan Negara tersebut, dan manusia menjadi sasaran pendidikan. Maksud dari pendidika tersebut adalah agar manusia dapat menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimilkinya.
Tugas mendidik akan dilaksanakan dengan benar, tepat sasaran dan sesuai tujuan serta dapat dipertanggungjawabkan, jika pendidik mampu mamahami siapa manusia itu sebenarnya. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan mempunyai kelebihan yaitu akal pikiran yang terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated) yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh hewan yang merupakan pembeda manusia dan hewan, yang digunakan untuk berpikir, tentunya dalam menguasai ilmu pengetahuan daan teknologi.
 Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat manusia akan membentuk sebuah peta karakteristik manusia. Peta tersebut akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginy dalam bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik, serta melaksanakn komunikasi transaksional didalam interaksi edukatif. Peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh kedalam bentuk-bentuk transaksional yang patologis dan berakibat merugikan.
Lebih-lebih di Era Globalisasi ini, peningkatan sains dan teknologi yang semakin merajalela  hingga ke pelosok dunia. Memang banyak manfaat dan keuntungan yang kita rasakan darinya. Namunn, tidak dapat dielakkan lagi dampak negatif yang ditimbulkan darinya, yang terkadang tanpa disadari sangat merugikan bahkan mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti ditemukannya video—video yang tidak bermoral, bom kimia dan bakteri, rekayasa genetika, dan lain-lain, yang menyebar luas dan digunakan oleh pihak-pihak yang tidak  bertanggung jawab. Maka dari itu, sangat diperlukan adanya pengetahuan tantang sifat hakikat manusia agar dalam pendidikan tidak menyimpang dari asas-asas manusia. Selain itu perlu adanya pengetahuan tentang dimensi-dimensi hakikat manusia tersebut.




2.     Rumusan Masalah
1)      Apapkah pengertian dari hakikat manusia dan kompetensi manusia?
2)      Apakah yang dimaksud sifat hakikat manusia?
3)      Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
4)      Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
5)      Bagainakah gambaran sosok manusisa seutuhnya?

3.     Tujuan
1)      Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan.
2)      Untuk mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia
3)      Untuk memhami dimensi-dimensi hakikat manusia
4)      Untuk memahami bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia
5)      Untuk mengenal sosok manusia seutuhnya











BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Langeveld :
Konsep pendidikan menurut Langeveld adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa.
Mendidik adalah proses mempengaruhi anak dalam upaya membimbing supaya menjadi manusia dewasa.Pelaku pendidikan ada 2: Pendidik dan Peserta didik
Menurut Langeveld Konsep Pendidikan diperlukan karena: Pendidikan berlangsung seumur hidup (long live education), Karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah, Pendidikan itu wajib hukumny dan Pendidikan hanya berlaku untuk manusia.

Menurut Prof. Dr. HAR Tilaar Msc.Ed :
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, MSc., Ed., mengemukakan 10 kecenderungan pengembangan megatrend Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional, adalah undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur system pendidikan) :Pendidikan Dasar, Kurikulum, Proses belajar mengajar, Tenaga pendidik, Pendidikan, pelatihan, dan tenaga kerja, Pendidikan Tinggi, Pendidikan berkelanjutan, Pembiayaan pendidikan, Desentralisasi pendidikan dan partisipasi masyarakat, dan Manajemen pendidikan

Menurut  Umar Tirtarahardja :
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk memenuhi dan menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Pada umumnya sifat manusia dengan segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan dan dunia manusia”, demikianlah yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Umar tirtarahardja.

Menurut Prof. Dr. Sudijarto MA :
Peran seorang guru dan agen perubahan yang dituntut untuk mengubah pola fikir manusia, agar menjadi yang lebih baik dan manusiawi. Lebih befikiran terbuka.

Selain pendapat dari pakar pendidikan di atas,ada juga beberapa pendapat yang lain diantaranya:
1. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
2. Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.
3. Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya.
(1), Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan dan sama pula dengan hakekat alam semesta.
(2), Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang sangat panjang untuk mengungkapkannya.
4. Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yang tak terpisahkan.
5. Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadah dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya.
6. Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani, jiwa atau psikhe.
7. William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia merupakan paduan antara jasmani dan rokhani.

Menurut Pancasila :
Konsep manusia Indonesia seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni Pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Dengan pandangan hidup Pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya.
Sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar kepentingan, pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pandangan hidup Pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya, memiliki kesadaran bahwa setiap gerak arah & cara-cara melaksanakan tujuan hidupnya senantiasa dijiwai oleh Pancasila.

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 :
 Definisi Pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Berdasarkan definisi di atas, ada 3 (tiga) pokok pikiran  utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1   Pengertian hakikat manusia dan kompetensi manusia
         Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a.       Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.       yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.       Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Cara menghadapi orang yang mempunyai kompetensi yang berbeda-beda yaitui, jika :
1. Kompetensi rendah, dan motivasi rendah
     Kamu harus bersikap sebagai trainer/coach, di sini adalah peran kamu sebagai leader untuk memberikan dia penjelasan bahkan sampai ke teknis dan bimbingan secara spirit. Memang kudu rada kerja keras untuk anak tim yang seperti ini.

2. Kompetensi tinggi, tetapi motivasi rendah
     Kamu harus bersikap sebagai motivator, di sini penekanan untuk bimbingan secara teknis tidak perlu dilakuan terlalu dalam. Namun penekanan kamu adalah untuk memotivasi mereka dan membangkitkan inisatif. Hati-hati menghadapi orang seperti ini, terkadang mereka merasa direndahkan apabila kita terlalu mengajari hal teknis. Cuman orang seperti ini kurang inisatif dan motivasi. Butuh kontrol yang cukup tinggi.

3. Motivasi tinggi, tetapi kompetensi rendah
     Bimbinglah dia sebagai tentor dan controller Nah di sini tidak perlu khawatir ttg motivasi diri dia, tinggal diajari masalah teknis dan diberi sedikit kepercayaan maka orang2 seperti ini bisa jalan, selain itu kemauan belajarnya lebih bisa diandalkan. Tinggal dikontrol aja.

4. Motivasi tinggi dan kompetensi tinggi
     Enak banget kalo dapet anggota tim yang semuanya kayak begini, tugas kamu adalah sebagai delegator dan ditambah sedikit kontrol. Berikan kepercayaan yang lebih pada orang2 seperti ini, percayalah tugas2 akan beres di tangan mereka. Selain kompetensi tinggi, merka juga punya daya juang dan inisiatif yang tinggi. Tugas kamu adalah mendelegasikan job saja.
    3.2 Empat Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan         Dinamikanya
1.      Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat: 4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54).
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”.
 Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.

Contoh:
  -Dalam keluarga :  dua orang anak kembar yang memiliki sifat individual yang berbeda
  -Dalam masyarakat : setiap orang memiliki pekerjaan, kepentingan yang bebeda beda sesuai dengan kebutuhan masing” individu.
  -Dalam Negara : Jabatan yang bebeda disetiap indivu. Misalnya di bidang Hukum dan      Kesehatan.

2.      Dimensi Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis


3.       Dimensi Kesusilaan

Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.

Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4.      Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.







BAB IV
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan.
Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk sosial, makhluk individual, makhlik susila dan makhluk beragama, dan hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.
Alasan mempelajari dimensi-dimensi dan pengembangan adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia serta sebagai tahap kelanjutan dari pemahaman tentang hakekat manusia agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.

2.      IMPLIKASI
Dengan pembahasan kami mengenai hakikat dimensi manusia, masih banyak manusia yang mengedepankan keindividualan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, masih banyak yang tidak menghargai manusia lainnya termasuk didalamnya kesusilaan.

3.      SARAN
Manusia sebagai sasaran pendidikan, maka harus mengetahui sifat hakikat manusia dan Dimensi-dimensi manusia itu sendiri. Dan hendaklah manusia menjadi makhluk yang sesuai dengan norma-norma pendidikan. Dengan pembahasan hakikat dimensi manusia, maka diharapkan manusia menjadi makhluk yang lebih baik.







DAFTAR PUSTAKA

Tirta, rahardja, PROF, DR, la, sulo, Drs.; (1994) pengantar pendidikan.

http://aminsinarjo.blogspot.com/2013/04/dimensi-dimensi-hakekat-manusia-potensi.html
http://ayumeilana.blogspot.com/2010/10/pengertian-hakikat-manusia-hakikat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar