BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan
bahwa kualitas sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan suatu negara-bangsa. Terbentuknya sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang s cerdas, dan berwawasan nluas
serta kreaatif, ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
berpengaruh pada kemajuan suatu Negara adalah ditentukan oleh kualitas
pendidikan Negara tersebut, dan manusia menjadi sasaran pendidikan. Maksud dari
pendidika tersebut adalah agar manusia dapat menumbuhkembangkan potensi-potensi
yang dimilkinya.
Tugas mendidik akan dilaksanakan
dengan benar, tepat sasaran dan sesuai tujuan serta dapat
dipertanggungjawabkan, jika pendidik mampu mamahami siapa manusia itu sebenarnya.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan mempunyai kelebihan yaitu akal pikiran
yang terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated)
yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh hewan yang
merupakan pembeda manusia dan hewan, yang digunakan untuk berpikir, tentunya
dalam menguasai ilmu pengetahuan daan teknologi.
Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat
manusia akan membentuk sebuah peta karakteristik manusia. Peta tersebut akan
menjadi landasan serta memberikan acuan baginy dalam bersikap, menyusun
strategi, metode dan teknik, serta melaksanakn komunikasi transaksional didalam
interaksi edukatif. Peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah
terkecoh kedalam bentuk-bentuk transaksional yang patologis dan berakibat
merugikan.
Lebih-lebih di Era Globalisasi ini,
peningkatan sains dan teknologi yang semakin merajalela hingga ke pelosok dunia. Memang banyak
manfaat dan keuntungan yang kita rasakan darinya. Namunn, tidak dapat dielakkan
lagi dampak negatif yang ditimbulkan darinya, yang terkadang tanpa disadari
sangat merugikan bahkan mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti
ditemukannya video—video yang tidak bermoral, bom kimia dan bakteri, rekayasa
genetika, dan lain-lain, yang menyebar luas dan digunakan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Maka dari itu,
sangat diperlukan adanya pengetahuan tantang sifat hakikat manusia agar dalam
pendidikan tidak menyimpang dari asas-asas manusia. Selain itu perlu adanya
pengetahuan tentang dimensi-dimensi hakikat manusia tersebut.
2.
Rumusan Masalah
1) Apapkah
pengertian dari hakikat manusia dan kompetensi manusia?
2) Apakah yang dimaksud sifat hakikat
manusia?
3) Apa saja yang disebut sebagai
dimensi hakikat manusia?
4) Bagaimana mengembangkan dimensi
hakikat manusia?
5) Bagainakah gambaran sosok manusisa
seutuhnya?
3.
Tujuan
1) Untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah pengantar pendidikan.
2)
Untuk
mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia
3) Untuk memhami dimensi-dimensi
hakikat manusia
4) Untuk memahami bagaimana pengembangan
dimensi hakikat manusia
5) Untuk mengenal sosok manusia
seutuhnya
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut
Langeveld :
Konsep pendidikan menurut Langeveld adalah suatu bimbingan
yang diberikan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa.
Mendidik adalah proses mempengaruhi anak dalam upaya
membimbing supaya menjadi manusia dewasa.Pelaku pendidikan ada 2: Pendidik dan Peserta didik
Menurut Langeveld Konsep Pendidikan
diperlukan karena: Pendidikan berlangsung seumur hidup (long live education), Karena
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan
pemerintah, Pendidikan itu wajib hukumny dan Pendidikan hanya berlaku untuk
manusia.
Menurut Prof. Dr. HAR Tilaar Msc.Ed :
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, MSc., Ed.,
mengemukakan 10 kecenderungan pengembangan megatrend Sisdiknas (Sistem
Pendidikan Nasional, adalah undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk mengatur system pendidikan) :Pendidikan Dasar, Kurikulum, Proses belajar
mengajar, Tenaga pendidik, Pendidikan, pelatihan, dan tenaga kerja, Pendidikan
Tinggi, Pendidikan berkelanjutan, Pembiayaan pendidikan, Desentralisasi
pendidikan dan partisipasi masyarakat, dan Manajemen pendidikan
Menurut Umar Tirtarahardja :
Sasaran
pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
memenuhi dan menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Pada umumnya
sifat manusia dengan segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil
dunia hewan dan dunia manusia”, demikianlah yang diungkapkan oleh Prof. Dr.
Umar tirtarahardja.
Menurut Prof. Dr. Sudijarto MA :
Peran seorang guru dan agen perubahan yang dituntut untuk
mengubah pola fikir manusia, agar menjadi yang lebih baik dan manusiawi. Lebih
befikiran terbuka.
Selain pendapat dari pakar pendidikan di atas,ada juga
beberapa pendapat yang lain diantaranya:
1.
Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah
manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa,
intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
2.
Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang
memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles
menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.
3.
Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang
hakekat kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg
menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya.
(1), Spinoza
berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan dan sama
pula dengan hakekat alam semesta.
(2), Voltaire mengatakan
hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang sangat
panjang untuk mengungkapkannya.
4.
Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk
mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yang tak terpisahkan.
5.
Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad,
jasmani, atau wadah dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori
oleh Darwin dengan teori evolusinya.
6.
Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani,
jiwa atau psikhe.
7.
William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia merupakan paduan antara
jasmani dan rokhani.
Menurut Pancasila :
Konsep manusia Indonesia seutuhnya dikembangkan atas
pandangan hidup bangsa Indonesia yakni Pancasila, yang menganut paham
integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat Indonesia yang
ber-Bhineka Tunggal Ika.
Dengan pandangan hidup Pancasila, pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi dan seimbang dalam
konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya.
Sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar
kepentingan, pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada
pandangan hidup Pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya, memiliki kesadaran
bahwa setiap gerak arah & cara-cara melaksanakan tujuan hidupnya senantiasa
dijiwai oleh Pancasila.
Menurut
UU RI No 20 Tahun 2003 :
Definisi Pendidikan dalam
perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan
operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Berdasarkan definisi di atas, ada 3 (tiga)
pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar
dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
hakikat manusia dan kompetensi manusia
Hakekat
manusia adalah sebagai berikut :
a.
Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan
martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Kompetensi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Cara menghadapi orang yang mempunyai kompetensi yang
berbeda-beda yaitui, jika :
1.
Kompetensi rendah, dan motivasi rendah
Kamu harus bersikap sebagai trainer/coach, di sini adalah peran kamu sebagai leader untuk memberikan dia penjelasan bahkan sampai ke teknis dan bimbingan secara spirit. Memang kudu rada kerja keras untuk anak tim yang seperti ini.
2. Kompetensi tinggi, tetapi motivasi rendah
Kamu harus bersikap sebagai motivator, di sini penekanan untuk bimbingan secara teknis tidak perlu dilakuan terlalu dalam. Namun penekanan kamu adalah untuk memotivasi mereka dan membangkitkan inisatif. Hati-hati menghadapi orang seperti ini, terkadang mereka merasa direndahkan apabila kita terlalu mengajari hal teknis. Cuman orang seperti ini kurang inisatif dan motivasi. Butuh kontrol yang cukup tinggi.
3. Motivasi tinggi, tetapi kompetensi rendah
Bimbinglah dia sebagai tentor dan controller Nah di sini tidak perlu khawatir ttg motivasi diri dia, tinggal diajari masalah teknis dan diberi sedikit kepercayaan maka orang2 seperti ini bisa jalan, selain itu kemauan belajarnya lebih bisa diandalkan. Tinggal dikontrol aja.
4. Motivasi tinggi dan kompetensi tinggi
Enak banget kalo dapet anggota tim yang semuanya kayak begini, tugas kamu adalah sebagai delegator dan ditambah sedikit kontrol. Berikan kepercayaan yang lebih pada orang2 seperti ini, percayalah tugas2 akan beres di tangan mereka. Selain kompetensi tinggi, merka juga punya daya juang dan inisiatif yang tinggi. Tugas kamu adalah mendelegasikan job saja.
Kamu harus bersikap sebagai trainer/coach, di sini adalah peran kamu sebagai leader untuk memberikan dia penjelasan bahkan sampai ke teknis dan bimbingan secara spirit. Memang kudu rada kerja keras untuk anak tim yang seperti ini.
2. Kompetensi tinggi, tetapi motivasi rendah
Kamu harus bersikap sebagai motivator, di sini penekanan untuk bimbingan secara teknis tidak perlu dilakuan terlalu dalam. Namun penekanan kamu adalah untuk memotivasi mereka dan membangkitkan inisatif. Hati-hati menghadapi orang seperti ini, terkadang mereka merasa direndahkan apabila kita terlalu mengajari hal teknis. Cuman orang seperti ini kurang inisatif dan motivasi. Butuh kontrol yang cukup tinggi.
3. Motivasi tinggi, tetapi kompetensi rendah
Bimbinglah dia sebagai tentor dan controller Nah di sini tidak perlu khawatir ttg motivasi diri dia, tinggal diajari masalah teknis dan diberi sedikit kepercayaan maka orang2 seperti ini bisa jalan, selain itu kemauan belajarnya lebih bisa diandalkan. Tinggal dikontrol aja.
4. Motivasi tinggi dan kompetensi tinggi
Enak banget kalo dapet anggota tim yang semuanya kayak begini, tugas kamu adalah sebagai delegator dan ditambah sedikit kontrol. Berikan kepercayaan yang lebih pada orang2 seperti ini, percayalah tugas2 akan beres di tangan mereka. Selain kompetensi tinggi, merka juga punya daya juang dan inisiatif yang tinggi. Tugas kamu adalah mendelegasikan job saja.
3.2
Empat
Dimensi Hakikat Manusia
serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
1. Dimensi
Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “
orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat
dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat: 4)
Manusia sebagai makhluk individu
mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah
yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54).
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54).
Pada abad ke-18 dan 19 aliran
Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta
didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan
memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power.
Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai
potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri.
Seorang Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat
demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi
individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter
serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya
menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu
dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ing ngarso sungtulodo,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani”.
Tujuan utama pendidikan adalah membantu
peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
Contoh:
-Dalam keluarga : dua orang anak kembar yang memiliki sifat individual yang berbeda
-Dalam masyarakat : setiap orang memiliki pekerjaan, kepentingan yang bebeda beda sesuai dengan kebutuhan masing” individu.
-Dalam Negara : Jabatan yang bebeda disetiap indivu. Misalnya di bidang Hukum dan Kesehatan.
-Dalam keluarga : dua orang anak kembar yang memiliki sifat individual yang berbeda
-Dalam masyarakat : setiap orang memiliki pekerjaan, kepentingan yang bebeda beda sesuai dengan kebutuhan masing” individu.
-Dalam Negara : Jabatan yang bebeda disetiap indivu. Misalnya di bidang Hukum dan Kesehatan.
2. Dimensi
Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat
hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat
sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau
menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti
terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan
interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia
dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka
saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu
berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi
tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan
ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk
social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang
aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan
manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis
3. Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan
sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut
kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika
etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar
maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang
dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4. Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan
Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung
kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai
makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia
dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat
bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan
pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini
perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama
ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan
agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan
agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
BAB IV
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk yang
sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini.
Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi
akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu
sendiri adalah ilmu pengetahuan.
Maka dari itu, manusia pada
hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk sosial, makhluk individual, makhlik
susila dan makhluk beragama, dan hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.
Alasan mempelajari dimensi-dimensi
dan pengembangan adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang
manusia serta sebagai tahap kelanjutan dari pemahaman tentang hakekat manusia
agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus
dibawa.Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.
2.
IMPLIKASI
Dengan
pembahasan kami mengenai hakikat dimensi manusia, masih banyak manusia yang
mengedepankan keindividualan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, masih banyak
yang tidak menghargai manusia lainnya termasuk didalamnya kesusilaan.
3.
SARAN
Manusia sebagai sasaran
pendidikan, maka harus mengetahui sifat hakikat manusia dan Dimensi-dimensi
manusia itu sendiri. Dan hendaklah manusia menjadi makhluk yang sesuai dengan
norma-norma pendidikan. Dengan pembahasan hakikat dimensi manusia, maka
diharapkan manusia menjadi makhluk yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tirta, rahardja, PROF, DR, la, sulo, Drs.; (1994) pengantar
pendidikan.
http://aminsinarjo.blogspot.com/2013/04/dimensi-dimensi-hakekat-manusia-potensi.html
http://ayumeilana.blogspot.com/2010/10/pengertian-hakikat-manusia-hakikat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar