Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk menggunakan
logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam
menerima dan memahami pelajaran matematika. Penyampaian materi pelajaran
matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan dengan bimbingan guru.
Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar
sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka,
bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit
Penyampaian suatu materi pelajaran matematika akan menjadi sedikit lebih lama
dibandingkan penyampaian materi dengan metode biasa (konvensional). Namun,
dengan implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep
matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan mau mempelajarinya sampai
tuntas dan mencintai matematika dengan lebih mendalam. Menurut Bakhtiar (2004)
manfaat yang ditimbulkan dari implementasi filsafat matematika pada pelajaran
matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika akan meningkat. Bukan
itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan
jauh dari abstrak (bisa menjawab soal tapi tidak memahami konsepnya!)
Anak dari berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika
adalah subjek ideal yang mampu mengembangkan proses berpikir anak dimulai dari
usia dini, usia pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah,
pendidikan lajutan dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal
ini diberikan untuk mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan
sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah
kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Khusus untuk siswa, matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk
mengembangkan proses berfikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada
hal-hal yang rumit. Tahapan dimana siswa sudah bisa mempraktekkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya juga ditunjang oleh berbagai cara
serta metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
tingkat perkembangan anak kelas yang cenderung bermain dan belajar
Tidak bisa dipungkiri, siapapun akan bangga jika punya anak pintar matematika
atau paling tidak nilai matematikanya selalu bagus. Sehingga orang tuapun tidak
segan-segan untuk memberikan atau mengikutkan anak-anak mereka les tambahan
untuk mata pelajaran matematika dengan harapan anak-anak mereka mendapatkan
nilai yang bagus. Pada hal nilai bagus yang didapatkan oleh anak-anak mereka
dalam berhitung saja tidak cukup kalau tidak bisa menganalisis atau merubah
dari soal cerita ke bahasa matematika dan mengembalikan lagi ke dalam soal
cerita atau kalau tidak bisa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari
(Problem Solving). Maka tidak jarang anak-anak yang bagus nilainya di kelas
awal akan mengalami kesulitan atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi,
menengah, atas dan kuliah.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya
sekedar bisa berhitung atau mensubtitusikan ke rumus saja tetapi mencakup beberapa
kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti tentang
konsep dasar matematika. Belajar matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa,
untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga imajinasi dan
kreativitas. Dan sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara
guru dan siswa maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari
dan dibuat semenarik mungkin.
Agar tercapainya semua itu maka peranan guru sangat penting dalam pembelajaran
ini. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus
untuh dan terintegrasi. Dipandang dari segi lain seorang guru harus mempunyai
pendekatan dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memilih
metode-metode pembelajaran yang efektif serta berusaha memberikan variasi dalam
metode pembelajaran agar tidak kelihatan atau menyebabkan siswa atau peserta
didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka dituntut sekali inisiatif guru untuk
melakukan variasi dan krativitas guru. Guru merupakan seorang figur yang
menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Guru merupakan nara sumber yang akan memberikan dan menciptakan pembelajaran
yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman
dan penyelesaian mata pelajaran matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan
besar tidak sampai pada tahap yang diharapkan. segala macam bentuk persoalan
yang akan diberikan kepada siswa harus menggambarkan persoalan yang ditemui
sehari-hari atau dengan kata lain yang berdekatan dengan pengalaman empiris
peserta didik di lapangan. Jadi dengan adanya kegiatan pembelajaran yang
mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata peserta didik akan dengan mudah
dipahami dan dimengerti oleh peserta didik
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat
mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita
pelajari di dalam filsafat. Ketika kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita
tak luput dari belajar tentang filsafat. Menurut Depag (2001) filsafat dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atutan-aturan atau norma dalam
kehidupan. Mempelajari filsafat adalah belajar tentang hidup, bagaimana hidup
kita bisa berguna untuk diri sendiri dan juga orang lain.
Di perguruan tinggi filsafat menjadi salah satu maka kuliah yang dipelajari.
Menurut Bakhtiar (2004) filsafat di perguruan tinggi berbeda dengan filsafat
dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat yang dibahas di sini PT bersifat lebih
khusus. Misalnya dalam pendidikan matematika, filsafatnya adalah filsafat pendidikan
matematika. Dalam pendidikan matematika, belajar filsafat adalah belajar
pikiran para filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran para filsuf, kita akan
memahami tentang filsafat itu. Selain itu berfilsafat adalah berpikir dalam
koridor spiritual, etik dan estetika. Setinggi-tinggi orang berfilsafat adalah
sopan santun terhadap ruang dan waktu. Dalam filsafat yang kita pelajari
mencakup yang ada dan yang mungkin ada
Filsafat yang dipelajari di perguruan tinggi akan membantu guru untuk dapat menerapkan
filsafat dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Ebbutt dan Straker (1995)
hakekat matematika sekolah mencakup 4 hal yaitu: a). Kegiatan penulusuran
pola/hubungan; b). Kegiatan problem solving; c). Kegiatan investigasi; dan
terakhir d). Kegiatan komunikasi. Penerapan hakekat matematika sekolah tersebut
merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
Dengan hakekat matematika sekolah tersebut diharapkan siswa akan dapat
membangun matematikanya sendiri. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga guru hanya berperan sebagai pendamping dalam
pembelajaran, sedangkan siswa mengkonstruksikan matematikanya sendiri
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Mengapa
demikian? Karena biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada
zaman sekarang filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap
dalam pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam
pembelajaran di sekolah. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam
setiap pembelajaran siswa melakukan kegiatan filsafat
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah, maka proses belajar
mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan
keuntungan bagi guru dan juga siswa. Bagi guru, dengan adanya pelajaran
filsafat, maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar
filsafat adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir
siswa-siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan
karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material,
formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat
faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di
sekolah
Bagi siswa, filsafat memberikan pengetahuan yang baru. Mungkin
sebelum-sebelumnya mereka belum pernah mendengar dan mengetahui tentang
filsafat dan pada kesempatan ini siswa belajar tentang filsafat. Dengan belajar
filsafat, siswa menjadi pribadi yang mandiri. Siswa belajar untuk
mengkonstruksikan matematikanya sendiri dengan bantuan guru. Dengan demikian
pemahaman siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama, tergantung dari
kemampuan mereka masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar.
2004. Filsafat Ilmu dalam Pendidikan. Jakarta : CV. Reineka
Depag. 2001. Disiplin Ilmu filsafat. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″ Kategori:
Matematika
Suriasumantri, 1981. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia & Leknas-LIPI
___________, 2005. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar